Syamsul Maarif *)
Muktamar NU ke XXVII di Situbondo 1984 paling tidak telah menghasilkan dua produk organisasi yang monumental. Pertama,NU telah kembali khittah. NU tidak lagi menjadi bagian kekuatan organisasi social politik partai politik tertentu. NU menegaskan diri menjadi organisasi social keagamaan. Jami’yyah diniyyah ijtima’iyyah. Kedua, Lembaga Pendidikan Maarif NU mengalami perubahan structural dalam struktur organisasi NU. LP Maarif NU tidak lagi menjadi lembaga otonom. Ia telah menjadi lembaga departementasi organisasi NU, menjadi pelaksana kebijakan NU di bidang pendidikan. Kalau dianalogikan dalam sustu pemerintahan, LP Maarif adalah semacam departemen pendidikan atau departemen agama partikelirnya NU.
Perubahan struktural LP Maarif NU dalam struktur organisasi NU adalah konsekuensi logis, idiologis, dan historis atas produk khittah. Posisi ini semakin strategis di tengah-tengah warga nahdliyin. Implikasinya NU harus mulai meninggalkan gelanggang politik praktis menuju gelanggang pengabdian umat lewat pendidikan (pesantren, madrasah, sekolah) dan dakwah. NU dituntut fokus pada dua bidang ini dalam mencapai cita-cita.
Pendidikan harus bermuara pada upaya-upaya pencerdasan, baik pencerdasan intelektual, emosional, spiritual, maupun pencerdasan sosial kemasyarakatan. Dalam kerangka mengintegrasikan antarkomponen bangsa, Nahdlatul Ulama juga memandang perlunya wawasan pendidikan yang memperhitungkan kebhinekaan, kedemokrasian, dan nondiskriminatif.
Untuk itu, menjadi keniscayaan bahwa potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh lembaga pendidikan Maarif NU harus benar-benar dapat disokong secara penuh oleh kader-kader nahdliyin tanpa memandang orientasi dan afiliasi politik yang melatarbelakanginya. Afiliasi lembaga politik sebisa mungkin tidak menjadi konstrain dalam berkontribusi demi kemajuan pendidikan LP Maarif NU tetapi justru makin mendiversifikasi energi dan kekuatan serta jangkauan pengembangan pendidikan NU ke depan.
Blue Print
Rakernas LP Maarif NU 2006 telah menghasilkan Rencana Strategis (Renstra) 2006-2016 sebagai blue print sepuluh tahun ke depan. Dalam Renstra termaktub visi misi, tujuan, program kerja ke depan. Rencana strategis inilah yang menjadi kitab panduan dalam menjalankan program kerja LP Maarif NU dari berbagai tingkatan tanpa kecuali.
Visi LP Maarif NU adalah menjadi pusat pendidikan yang unggul, mandiri, dan profesional dalam bingkai ahlussunnah waljamaah. Tujuan yang ingin dicapai adalah mengembangkan segala potensi manusia agar dapat menguasai dan mengaplikasikan ilmu pengetahguan dan teknologi berlandaskan keimanan, ketakwaan kepada Allah SWT serta berakhlakul karimah. Tujuan ini akan dicapai melalui tiga proram pokok. Satu, penataan identitas satuan pendidikan Maarif NU. Dua, peningkatan mutu pendidikan, Tiga, penguatan manajemen pendidikan.
Problematika
Sebagai kabupaten urutan kedua dengan penduduk terbesar dan wilayah terluas di Jawa Tengah, Brebes merupakan basis massa NU potensial, strategis yang harus mendapatkan perhatian serius Jamiyyah NU dalam menjalankan program kerja organisasi utamnaya di bidang pendidikan formal maupun nonformal. Namun, faktanya, pendidikan di ligkungan Maarif NU masih menyisakan banyak persoalan dan agenda kerja baik secara institusional maupun personal dan relative tertinggal dibanding dengan beberapa kabupaten dan kota di Jawa Tengah bila dipersandingkan dalam skala basis massa.
Persoalan institusional yang dihadapi adalah masih banyak sekolah dan madrasah di lingkungan LP Maarif NU yang belum manjadi pusat kaderisasi NU. Keberadaan sekolah dan madrasah ini tidak cukup memberikan perbedaan signifikan dengan sekolah atau madrasah non-Maarif NU secara identitas maupun substansialitas.
Agenda Konstruktif
Maka tanpa meninggalkan program pokok kedua dan ketiga, LP Maarif NU Brebes mengambil prioritas program pertama, yakni menyukseskan program penataan satuan identitas pendidikan di lingkungan LP Maarif NU. Program ini harus tuntas dalam lima tahun masa kepengurusan ke depan. Paling tidak, telah mampu membentuk sejumlah sekolah dan madrasah yang menjadi model ideal kaderisasi persekolahan dan permadrasahan di lingkungan Maarif NU Brebes. Meski secara kuantitas jumlahnya terbatas, tetapi bila diurus denga intens maka akan menghasilkan out put lulusan yang militan.
Untuk menjawab problem di atas, mulai tahun ini telah digulirkan kebijakan, membentuk komisariat-komisariat IPNU IPPNU di setiap sekolah dan madrasah di lingkungan Maarif NU mulai dari level SLTP sampai level SLTA. Keberadaan komisariat ini secara empiris akan mengambilalih peran-peran organisatoris yang selama ini dijalankan oleh OSIS di sekolah dan madrasah. Dalam konteks ini OSIS telah bermetamorfosis menjadi IPNU dan IPPNU.
Eksistensi komisariat IPNU dan IPPNU di sekolah dan madrasah ini berlaku secara internal dan eksternal. Secara internal peran-peran ke-OSIS-an yang selama ini sudah berjalan ke depan dilaksanakan oleh IPNU dan IPPNU. Tentu dengan memodivikasi dan mengimprovisasi materi-materi organisasi yang NU mainded. Secara eksternal, dalam konteks kedinasan, seperti undangan-undangan, pelatihan dari dinas terkait, sekolah, madrasah, termasuk institusi-institusi lain, meskipun secara kasat mata beratributif IPNU dan IPPNU tetapi pada hakikatnya mereka dapat dianggap sebagai representasi keberadaan OSIS sekolah, madrasah yang bersangkutan sekaligus.
Pembentukan komisariat IPNU dan IPPNU di setiap sekolah. madrasah ini kemudian diikuti pemasangan papan nama Komisariat IPNU dan IPPNU. Termasuk atribut yang menempel pada uniform para siswa. Bagi sekolah atau madrsah yang masih keberatan untuk menanggalkan atribut OSIS tetap diperbolehkan memasang atribut kedua-duanya. Dalam hal ini LP Maarif tidak berpretensi semata-mata mengganti keberadaan OSIS tetapi didasari motivasi optimalisasi kaderisasi yang dirasa kian berat ke depan dalam era globalisasi. Untuk itu, tidak perlu ada pihak yang memperdebatkan baik secara hukum maupun secara organisasi.
Hal yang tidak kalah penting setelah agenda yang bersifat simbolis organisatoris ini terealisasi selanjunya adalah merealisasi agenda-agenda substansialis organisatoris. Seperti memasukkan materi ke-IPNU-an dank ke-IPPNU-an dalam MOS atau MOPDIK. Menggelar Latihan Kepemimpinan Sekolah dengan substansi materi yang paralel dengan LAKMUD (Latihan Kader Muda NU) dan bentuk-bentuk pelatihan lain yang sudah melembaga di tubuh IPNU IPPNU juga pelatihan lain yang tidak kalah penting sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Kegiatan-kegiatan yang tidak lagi berskala sekolah dan madrasah tetapi sudah melibatkan antar-sekolah dan madrasah dalam satu kawasan kecamatan atau kabupaten.
Bila agenda program ini dibarengi dengan komitmen dan dukungan NU secara kelembagaan dan perorangan dari berbagai tingkatan, niscaya kegalauan, kerisauan, keluhan akan fenomena anak-anak keturunan NU yang nyempal, nyebrang, pindah ke organisasi yang berlainan akidah akan mulai terkurangi. Salah satu sebab adanya putra-putra keturunan NU tidak lalg at home berumah di NU selain mereka tidak bersekolah di sekolah atau madrasah NU juga karena mereka tidak diperkenalkan dengan organisasi paling elementer di tubuh NU sebagai pintu pertama kala mereka mulai berorganisasi. Barangkali selama ini warga nahdliyin merasa sudah cukup dengan hanya memberikan bekal akidah dan amaliah kepada anak-anaknya. Mereka tidak mnyadari bahwa eksistensi putra-putri mereka di tengah-tengah pergolakan kehidupan social kemasyarakatan membutuhkan saluran aktualisasi diri atas potensi-potensi untuk mendapatkan pengakuan keidentitasan, kejatidirian seseorang.
Menghidupkan semangat militansi ke-NU-an melalui pendidikan jauh lebih memungkinkan daripada manakala mereka sudah tidak terikat dengan bangku sekolah. Paling tidak ketika mereka duduk di bangku sekolah, ada kesempatan tiga tahun untuk menggembleng mereka menjkadi kader-kader andal masa depan. Sekolah dan madrasah di lingkungan Maarif NU bukan saatnya lagi berorientasi merekrut siswa semata, tetapi yang lebih penting daripada itu adalah mampu meluluskan lulusan yang kompeten secara akademik tetapi juga militant secara organisasi.
Kaderisasi organisasi di tingkat sekolah dan madrasah yang sukses akan membuka jalan lempang dan lapang dalam mengkaderisasi kader-kader NU ke depan. Program-program kaderisasi organisasi lanjutan yang berjenjang tinggal meneruskan dan mematangkan seperti GP Ansor, Fatayat. Krisis kaderisasi lompatan sedikit banyak akan mulai terkurangi. Tatkala masanya mereka kiprah di tingkat kepengurusan NU sudah tidak canggung lagi sebagaimana yang terjadi saat ini.. Saatnya warga nahdliyin dan yang lebih penting pengurus NU untuk tidak lagi hanya dengan cukup mengeluh tentang eksodusnya putra-putra mereka dari rumah masa depan NU tanpa diikuti dengan political will yang tinggi terhadap ide-ide Garda Depan Kaderisasi NU ini.
----------------------------
*)Ketua LP Maarif NU Brebes
Comments :
0 comments to “LP MAARIF NU GARDA DEPAN KADERISASI NU”
Posting Komentar